Foto: Dok. Primarasa
Ada lontong atau ketupat, opor ayam, sambal goreng hati plus taburan poyah dan emping? Pasti ada acara spesial! Tak heran, karena sajian ini sering hadir di acara-acara istimewa. Bahkan
lebaran atau Hari Raya Idul Fitri identik dengan ketupat dan kehadirannya di meja makan sudah jadi tradisi yang sukar ditinggalkan.
Lontong/ketupat merupakan makanan padat terbuat dari beras yang dimasukkan dalam selongsong lalu dimasak hingga tanak dan padat. Lontong berbentuk panjang bulat dibungkus selongsong dari daun pisang. Sementara ketupat, memakai selongsong dari daun kelapa muda (janur) dengan bentuk yang khas. Lontong/ketupat ada dalam budaya masak sebagian besar daerah di Indonesia dengan banyak variasi. Orang Jawa mengenal lontong, ketupat dan arem-arem, sementara di Sulawesi ada burasa, lontong khas Makasar. Di Sumatra Barat ada ketupat ketan dan ketupat bangkahulu di Bengkulu.
Berikut tiga
tip untuk membuat lontong dan ketupat anti-gagal:
1. Untuk mempersingkat waktu pembuatan lontong/ketupat, bisa digunakan panci tekan. Caranya: Masukkan selongsong lontong/ketupat yang sudah diisi ke dalam panci tekan. Susun jangan sampai berdesakan. Tuangi air mendidih sampai lontong/ketupat terendam (maksimal di bawah pegangan/kuping panci). Tutup dan masak diatas api besar. Setelah panci tekan mendesis, kecilkan api, rebus selama 30 menit. Matikan api dan biarkan panci tertutup selama ± 15 menit sampai tekanan hilang. Buka tutup panci. Angkat. Dinginkan sampai uap pada lontong/ketupat hilang agar tidak cepat basi.
2. Lontong/ketupat yang dimasak tanak, tahan disimpan selama 1- 2 hari. Bila disimpan dalam lemari es tahan ± 3 - 5 hari.
3. Untuk
memotong lontong/ketupat sebelum disajikan, gunakan pisau yang tajam. Bila perlu, terlebih dulu celup pisau ke dalam air matang.
Selamat praktik!
(P)